
ASPEK KELESTARIAN
Rencana Pengelolaan Hutan Lestari Terpadu (ISFMP)
Kegiatan pengelolaan hutan lestari PT. WKS dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan hutan lestari. Pengelolaan lestari ini tidak lepas dari kebijakan perusahaan yang menerapkan sistem pengelolaan hutan yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat yang tentunya juga dapat menguntungkan secara ekonomi bagi masyarakat.
- Selain itu untuk menunjukan komitmennya, sejak tahun 2013 PT WKS mulai melaksanakan penyusunan Integrated Sustainable Forest Management Plan (ISFMP) yang bertujuan untuk mencapai pengelolaan hutan secara lestari dengan memadukan semua aspek sebagai bagian dalam penentuan perencanaan pengelolaan hutan. Pola pengelolaan diarahkan dengan skema pendekatan landscape dengan langkah-langkah yang dilaksanakan antara lain:
- Penilaian High Conservation Value Forest/Area, High Carbon Stock, Growth & Yield
- Penyusunan Rekomendasi Pengelolaan areal gambut oleh Panel Pakar
- Pemetaan Social Conflict Area
- Penyusunan dan Pelaksanaan Konsultasi Pemegang Kepentingan (stakeholders) kunci wilayah Jambi untuk menentukan tingkat kepentingan rekomendasi
- Penyusunan Kelompok Kerja ISFMP.
Kelola Produksi
Rencana kelola produksi berdasarkan rencan RKT tahunan PT. Wirakarya Sakti dengan periode waktu pada bulan Januari - Desember. Berikut disajikan rencana kelola aspek produksi untuk tahun 2018.
A. ASPEK PRODUKSI
1. Perencanaan
Dasar kegiatan operasional PT. WKS adalah Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (RKUPHHK-HT) Periode 2018-2027 yang disahkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui SK. 759/MenLHK-PHPL/UPH/HPL.1/2/2018 tanggal 14 Februari 2018. RKUPHHK ini menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) perusahaan. RKT selanjutnya menjadi dasar legal di dalam melaksanakan seluruh kegiatan operasional hutan tanaman.
2. Penataan batas
SK definitif yaitu SK Menteri Kehutanan No. 744/Kpts-II/1996 tanggal 25 November 1996 jo SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK 57/Menlhk/Setjen/PHL.0/1/2018 tanggal 26 Januari 2018 tentang Perubahan Keempat atas Keputusan Menteri Kehutanan No. 744/Kpts-II/1996,dengan luas konsesi seluas 290.378 Ha.
3. Pembukaan wilayah hutan dan pengadaan sarana prasarana
PT.WKS melaksanakan kegiatan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) yang meliputi pembangunan jaringan kanal dan jalan, base camp, dan sarana prasarana lainnya.
4. Pembibitan
Untuk memenuhi kebutuhan bibit tanaman, PT WKS telah membangun pusat persemaian (nursery) yang berlokasi di Sei Tapah pada areal seluas 65 Ha dengan kapasitas produksi mencapai 108 juta bibit/tahun. Nursery yang ada dilengkapi dengan fasilitas modern dan tenaga kerja yang memadai.Fasilitas serta infrastruktur nursery yang dimiliki antara lain: Greenhouse, sistem pengairan pengabutan dan sprayer, production lines, stool plant house, laboratorium pengembangan (lab. tissue culture, lab. silvikultur, lab hama dan penyakit), perkantoran, gudang dan bangunan pendukung lainnya.
5. Penyiapan Lahan dan Penanaman
Kegiatan penyiapan lahan mempunyai tujuan untuk mempersiapkan lahan yang akan ditanami agar bersih dari pohon dan/atau tanaman pengganggu. Kegiatan awal penyiapan lahan berupa pembersihan lahan dari pohon, semak belukar, gulma, dan vegetasi lainnya yang tumbuh di areal tanaman. Kegiatan penyiapan lahan PT. WKS menerapkan prinsip Penyiapan Lahan Tanpa Bakar (PLTB).
Penanaman dilakukan secara rutin setiap tahun dan dilakukan pada petak yang telah dilakukan pengukuran, jarak tanam yang diatur sesuai dengan kaidah silvikultur, jarak tanam di tanah mineral 3 x 2,5 m (semua jenis). Sedangkan penanaman di areal gambut dilakukan dengan jarak tanam 3 x 2 m untuk jenis Acacia Crassicarpa.
6. Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan tanaman mengacu pada Standard Operating Procedure meliputi kegiatan pemupukan, penyulaman dan penyiangan (weeding). Jadwal pelaksanaan pemeliharaan tanaman (luas dan waktunya) mengikuti jadwal penanaman dan jadwal teknis silvikultur HTI.
7. Pemanenan (Harvesting)
Sejauh ini perusahaan telah mempunyai mekanisme sendiri untuk menanggulangi dampak negatif terhadap tanah dengan sistem low soil compaction yaitu dengan membuat mulsa menggunakan potongan ranting dan daun bekas pohon yang sudah ditebang di areal tebangan. Sistem penebangan yang diterapkan di unit manajemen terdiri dari sistem semi mekanis dengan menggunakan gergaji mesin tangan (chainsaw) dan sistem mekanis dengan menggunakan alat berat.
8. Lacak Balak/ Chain of Custody (CoC)
Sebagai perusahaan hutan tanaman industri PT. Wirakarya Sakti (PT. WKS) berkomitmen untuk melakukan kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu yang bersumber dari pengelolaan hutan secara lestari berdasarkan atas prinsip-prinsip lacak balak kayu (CoC).
Selain menerapkan SIPUHH On-Line sebagai basis monitoring kayu (mandatory), PT Wirakarya Sakti telah memiliki sistem penulusuran kayu yang berbasis komputer yang disebut dengan Wood Tracking Sistem (WoTS). Sistem ini memungkinkan untuk menelusuri perjalanan dokumen yang menyertai pengangkutan kayu.Berdasarkan sistem ini dapat diketahui apabila dokumen dan kayunya telah sampai ke tujuan akhir penerima.Dan berdasarkan informasi dokumen “Surat Pengantar Angkutan KB/KBK” dapat diketahui asal usul kayu yang dikirimkan.
Kelola Lingkungan
Dasar kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan PT. WKS yaitu berdasarkan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Dokumen AMDAL yang telah disetujui sesuai Kepgub Jambi No. 78 Tahun 2005 tanggal 21 April 2005, tentang Penggabungan dan Tambahan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Kegiatan IUPHHK-HT PT WKS.
1. Pengelolaan Kawasan Lindung
PT Wirakarya Sakti dengan areal pengelolaan seluas ±290.378 ha Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK.57/Menlhk/Setjen/HPL.0/1/2018 tanggal 26 januari 2018 telah mengalokasikan kawasan lindung seluas 109.462 ha (37,70 %). Penetapan areal konservasi ini tidak hanya untuk memenuhi ketentuan tata ruang areal hutan tanaman sebesar 10%, namun disesuaikan pula dengan kaidah-kaidah penetapan areal konservasi sesuai standar Deliniasi Mikro. Hal ini yang menyebabkan adanya perkembangan luasan kawasan lindung mulai dari AMDAL sampai dengan penetapan tata ruang berdasarkan RKUPHHK terakhir.
2. Pengelolaan dan Pemantauan Flora dan Fauna
Pada areal kawasan lindung terdapat sejumlah jenis flora dan fauna yang tersebar di sekitar areal berhutan. Diatara flora dan fauna tersebut teridentifikasi jenis-jenis yang dilindungi berdasarkan CITES, IUCN serta peraturan lokal yang mengaturnya.
Kegiatan identifikasi fauna yang dilakukan meliputi identifikasi satwa liar baik status dilindungi maupun tidak dilindungi dan jenis-jenis satwa liar yang dan/atau langka, jarang, terancam punah dan endemik. Teknik pengamatan satwa liar yang digunakan adalah teknik inventarisasi dengan metode pengamatan langsung (metode sistem jalur/jalur transek) dan metode pengamatan tidak langsung (pendugaan populasi berdasarkan jejak, bau dan suara serta tanda-tanda lain yang menunjukkan keberadaan satwa) serta wawancara dengan karyawan dan masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan hasil identifikasi flora atas kerjasama PT. WKS dengan Universitas Jambi (UNJA) pada tahun 2017, terdata 154 jenis dari 38 famili atau suku teridentifikasi pada stadia pohon. Secara umum Kawasan lindung PT. Wirakarya Sakti tergolong baik kondisi ekologinya, ditandai dengan dijumpainya jenis-jenis dari suku Dipterocarpaceae mencapai 11 jenis. Suku dengan jumlah jenis cukup banyak lainnya yaiitu famili Moraceae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Euphorbiaceae. Hasil penelitian Purwanto et al. (2003) di kawasan lindung PT. Wirakarya Sakti juga menunjukkan bahwa bahwa famili Myrtaceae termasuk salah satu famili atau suku yang mendominasi. Suku Euphorbiaceae juga termasuk suku yang memiliki jumlah jenis yang paling banyak dbandingkan suku lainnya. Hal ini karena selain jumlah jenisnya banyak Euphorbiaceae termasuk suku yang memiliki daya adaptasi yang tinggi dan toleran terhadap segala macam kondisi.
Mengacu pada hasil pelaksanaan inventarisasi flora dan fauna yang telah dilaksanakan pada areal PT WKS bekerjasama denga Universitas Jambi (UNJA) (2017), diketahui bahwa beberapa vegetasi alam yang tumbuh masuk dalam katagori terancam punah, rentan dan bahaya (masuk dalam daftar merah IUCN), merupakan spesies endemik, spesies dilindungi sesuai dengan PP No. 7 Tahun 1999 dan masuk dalam daftar CITES. Data mengenai vegetasi alam yang berada di areal IUPHHK-HT PT. WKSI disajikan pada Tabel berikut
Tabel daftar satwa yang dilindungi yang berada di areal Kerja PT. WKS berdasarkan status perlindungan jenis fauna (PP 7/1999, CITES dan Redlist IUCN).
1. Daftar Jenis Mamalia
No |
Tingkat Tropik/ Nama Lokal |
Nama Ilmiah |
Status *) |
IUCN |
CITES |
|
Felidae |
|
Dilindungi |
|
|
1 |
Macan Dahan |
Neofelis diardi |
|
Vulnerable A2c; C1 ver 3.1 |
Appendix II |
2 |
Macan Akar |
Prionailurus bengalensis |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
Appendix I |
3 |
Harimau sumatera |
Pantera tigris sumatrae |
Dilindungi |
Endangered A2abcd; C1 ver 3.1 |
Appendix I |
|
Viverridae |
|
|
|
|
4 |
Musang |
Paradoxurus hermaphroditus |
Tdk Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
Appendix III |
|
Ursidae |
|
|
|
|
5 |
Beruang madu |
Helarctos malayanus |
Dilindungi |
Vulnerable A2cd+3cd+4cd ver 3.1 |
Appendix I |
|
Herbivoa Hystricide |
|
|
|
|
6 |
Landak |
Hystrix brachyura |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Tapiridae |
|
|
|
|
7 |
Tapir/ Tenuk |
Tapirus indicus |
Dilindungi |
Endangered A2bcd+3bcd; C1 ver 3.1 |
Appendix I |
|
Elephantidae |
|
|
|
|
8 |
Gajah sumatera |
Elephas maximus sumatrensis |
Dilindungi |
Endangered A2c ver 3.1 |
Appendix I |
|
Suidae |
|
|
|
|
9 |
Babi Hutan |
Sus scrofa |
Tdk Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Cervidae |
|
|
|
|
10 |
Rusa |
Rusa unicolor |
Dilindungi |
Vulnerable A2cd+3cd+4cd ver 3.1 |
-
|
11 |
Kijang |
Muntiacus muntjak |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
-
|
12 |
Kancil |
Tragulus sp |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
13 |
Napu |
Tragulus napu |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Cercopithecidae |
|
|
|
|
14 |
Simpai |
Presbytis melalophos |
Dilindungi |
Endangered A2cd ver 3.1 |
- |
15 |
Beruk |
Macaca nemestrina |
Tdk dilindungi |
Vulnerable A2cd ver 3.1 |
- |
16 |
Monyet ekor panjang |
Macaca fascicularis |
Tdk Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Hylobatidae |
|
|
|
|
17 |
Ungko |
Hylobates agilis |
Dilindungi |
Endangered A2cd ver 3.1 |
Appendix I |
|
Lutrinae |
|
|
|
|
18 |
Berang-berang |
Lutra sumatrana |
Dilindungi |
Endangered A2cde ver 3.1 |
Appendix II |
|
Tupaidae |
|
|
|
|
19 |
Tupai |
Tupaia glis |
Tdk Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Sciuridae |
|
|
|
|
20 |
Jelarang |
Ratufa bicolor |
Dilindungi |
Near Threatened ver 3.1 |
Appendix II |
21 |
Bajing |
Callosciurus prevostii |
Tdk Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Muridae |
|
|
|
|
22 |
Tikus |
Rattus sp |
Tdk Dilindungi |
- |
- |
|
Lorisidae |
|
|
|
|
23 |
Kukang |
Nycticebus coucang |
Dilindungi |
Vulnerable A2cd ver 3.1 |
Appendix I |
|
Insectivora-Manidae |
|
|
|
|
24 |
Trenggiling |
Manis javanica |
Dilindungi |
Critically Endangered A2d+3d+4d ver 3.1 |
Appendix II |
Source : Laporan Inventarisasi Flora dan Fauna 2017
2. Daftar Jenis Aves
No |
Tingkat Tropik/ Nama Lokal |
Nama Ilmiah |
Status |
IUCN |
CITES |
|
Carnivora |
|
|
|
|
|
Accipitridae |
|
|
|
|
1 |
Elang |
Elanus caeruleus |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Strigidae |
|
|
|
|
2 |
Burung Hantu |
Bubo sumatranus |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
3 |
Enggang |
Ninox scutulata |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Bucerotidae |
|
|
|
|
4 |
Rangkong |
Buceros rhinoceros |
Dilindungi |
Near Threatened ver 3.1 |
Appendix II |
|
Corvidae |
|
|
|
|
5 |
Gagak |
Corvus corax |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Turdidae |
|
|
|
|
6 |
Kucica |
Copsychus salvaris |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
7 |
Murai Hutan |
Saxicola torquatus |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
8 |
Kucica Ekor Kuning |
Trichixos pyrropygus |
Tak Dilindungi |
Near Threatened ver 3.1 |
- |
|
Laniidae |
|
|
|
|
9 |
Betet |
Lanius schach |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Sturnidae |
|
|
|
|
10 |
Beo |
Gracula reliogosa |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
Appendix II |
|
Irinidae |
|
|
|
|
11 |
Kecembang gadung |
Irena puella |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Alcedinidae |
|
|
|
|
12 |
Bintik |
Alcedo meninting |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
13 |
Cekakak belukar |
Halcyon smyrnensis |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Merpidae |
|
|
|
|
14 |
Cirik Biru |
Merops viridis |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Capitonidae |
|
|
|
|
15 |
Takur |
Tak Dilindungi |
Near Threatened ver 3.1 |
- |
|
|
Picidae |
|
|
|
|
16 |
Pelatuk |
Micropternus brachyurus |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Eurylamidae |
|
|
|
|
17 |
Sempur |
Eurylaimus ochromalus |
Tak Dilindungi |
Near Threatened ver 3.1 |
- |
|
Campephagidae |
|
|
|
|
18 |
Jingjing pentulak |
Tephrodornis gularis |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
19 |
Sepah tulin |
Pericrocotus igneus |
Tak Dilindungi |
Near Threatened ver 3.1 |
- |
|
Timalidae |
|
|
|
|
20 |
Pelanduk ekor pendek |
Malacocincla malaccensis |
Tak Dilindungi |
Near Threatened ver 3.1 |
- |
21 |
Asi Kumis |
Malacopteron magnirostre |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
22 |
Tepus tunggir merah |
Stachyris erythroptera |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
23 |
Ciung |
Myophonus glaucinus |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Muscicapidae |
|
|
|
|
24 |
Sriwang asia |
Terpsiphone paradisi |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Hirundinidae |
|
|
|
|
25 |
Layang-layang rumah |
Delichon dasypus |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
26 |
Layang-Layang api |
Hirundo rustica |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
|
Columbidae |
|
|
|
|
27 |
Balam |
Spilopelia chinensis |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
28 |
Perkutut |
Geopelia striata |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
29 |
Punai |
Treron vernans |
Tak Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
|
|
Phasianidae |
|
|
|
|
30 |
Ayam hutan |
Gallus varius |
Dilindungi |
Least Concern ver 3.1 |
- |
31 |
Betet |
Psittacula alexandri |
Dilindungi |
Near Threatened ver 3.1 |
Appendix II |
3. Daftar Jenis Reptil
No |
Nama Lokal |
Nama Ilmiah |
Jumlah |
1 |
Biawak |
Varanus rudicollis |
3 |
2 |
Kadal |
|
31 |
3 |
Ular sanca |
Phyton reticulatus |
6 |
4 |
Ular sawo |
|
1 |
5 |
Ular Kobra |
Naja Sumatranus |
1 |
6 |
Ular hijau |
|
1 |
7 |
Ular punai |
|
1 |
8 |
Ular tiung |
|
1 |
9 |
Bunglon |
|
2 |
10 |
Ular lidi |
|
1 |
11 |
Ular kubut/kadut |
|
1 |
4. Daftar Jenis Vegetasi
No |
Nama jenis |
Nama latin |
Famili |
IUCN |
PP No.7 Tahun 1999 |
CITES |
1 |
Antui |
Polyalthia sp.1 |
Annonaceae |
- |
- |
- |
2 |
Antui gunung |
Polyalthia sp.2 |
Annonaceae |
- |
- |
- |
3 |
Antui putih |
Goniothalamus macrophilus |
Annonaceae |
- |
- |
- |
4 |
Arang-arang |
Diospyros sp1. |
Ebenaceae |
- |
- |
- |
5 |
Aras |
|
|
- |
- |
- |
6 |
Aro bumbung |
Ficus hispida |
Moracea |
- |
- |
- |
7 |
Asam kandis |
Garcinia atroviridis |
Clusiaceae |
- |
- |
- |
8 |
Badaro |
Dimocarpus longan |
Sapindaceae |
- |
- |
|
9 |
Balam |
Palaquium sp1. |
Sapotaceae |
- |
- |
- |
10 |
Balam inai |
Palaquium sp3 |
Sapotaceae |
- |
- |
- |
11 |
Balam kapur |
Palaquium sp2 |
Sapotaceae |
- |
- |
- |
12 |
Balam merah |
Palaquium sp4 |
Sapotaceae |
- |
- |
- |
13 |
Balam putih |
Palaquium sp5 |
Sapotaceae |
- |
- |
- |
14 |
Balam sawo |
Payena levii |
Sapotaceae |
- |
- |
- |
15 |
Balam terong |
Palaquium confertum |
Sapotaceae |
- |
- |
- |
16 |
Balam tulo |
Helicia rostrata |
Proteaceae |
- |
- |
|
17 |
Bangkinang |
Elaeocarpus sp.2 |
Elaeocarpaceae |
- |
- |
- |
18 |
Bayur |
Pterospermum sp. |
Sterculiaceae |
- |
- |
- |
19 |
Bekil |
Artocarpus sp.3 |
Moraceae |
- |
- |
- |
20 |
Belanti |
|
|
- |
- |
- |
21 |
Belimbing |
Averrhoa bilimbi |
Oxalidaceae |
- |
- |
- |
22 |
Berangan |
Quercus sp.2 |
Fagaceae |
- |
- |
- |
23 |
Berangan babi |
Quercus sp. |
Fagaceae |
- |
- |
- |
24 |
Berangan landak |
Castanopsis sp. |
Fagaceae |
- |
- |
- |
25 |
Bernai |
Antidesma sp |
Phyllanthaceae |
- |
- |
- |
26 |
Berumbung |
Pertusadina multifolia |
Rubiaceae |
- |
- |
- |
27 |
Bulian |
Eusideroxylon zwageri |
Lauraceae |
- |
- |
|
28 |
Bungur hutan |
Lagerstroimea speciosa |
Lythraceae |
- |
- |
- |
29 |
Bunot |
Ficus glauca |
Moraceae |
- |
- |
- |
69 |
Cemanding |
Horsfieldia subglobosa |
Myristicaceae |
- |
- |
- |
30 |
Cempedak air |
Artocarpus kemando |
Moraceae |
- |
- |
- |
31 |
Cempedak kampung |
Artocarpus heterophyllus |
Moraceae |
- |
- |
- |
32 |
Darah-darah |
Horsfieldia sp |
Myristicaceae |
- |
- |
- |
33 |
Duren mas/ Duren hantu |
Durio carinatus |
Bombacaceae |
- |
- |
- |
34 |
Durian daun |
Durio zibethinus |
Bombacaceae |
- |
- |
- |
35 |
Gamat |
Elaeocarpus serratus |
Elaeocarpaceae |
- |
- |
- |
36 |
Gamat lanang |
Elaeocarpus sp.1 |
Elaeocarpaceae |
- |
- |
- |
37 |
Gerisil |
Ochanostachys sp. |
Olataceae |
- |
- |
- |
38 |
Geronggang |
Cratoxylon arborescens |
Hypericaceae |
- |
- |
- |
39 |
Gerunjing/Jerunjing |
|
|
- |
- |
- |
40 |
Jambu Air |
Eugenia sp2. |
Myrtaceae |
- |
- |
- |
41 |
Jangkang |
Xylopia malayana |
Annonaceae |
- |
- |
- |
42 |
Jelutung |
Dyera costulata |
Apocynaceae |
- |
- |
|
43 |
Jelutung rawa |
Dyera lowii |
Apocynaceae |
- |
- |
- |
44 |
Jentik |
Baccaurea sp. |
Phyllanthaceae |
- |
- |
- |
45 |
Kabau |
Archidendron microcarpum |
Fabaceae |
- |
- |
- |
46 |
Kacang-kacang |
Strombosia javanica |
Olataceae |
- |
- |
- |
47 |
Kalbuk |
Ficus sp. |
Moraceae |
- |
- |
- |
48 |
Kapuk |
Gossampinus malabarica |
Bombacaceae |
- |
- |
- |
49 |
Kapur |
Dryobalanops lanceolata |
Dipterocarpaceae |
- |
- |
|
50 |
Kasai hutan |
Pometia pinnata |
Sapindaceae |
- |
- |
- |
51 |
Kayu aro |
Ficus sumatrana |
Moraceae |
- |
- |
- |
52 |
Kayu batu |
|
|
- |
- |
- |
154 |
Kayu bulan |
|
|
- |
- |
- |
53 |
kayu cabe |
|
|
- |
- |
- |
54 |
Kayu ipuh |
Antiaris toxicaria |
Moraceae |
- |
- |
- |
55 |
Kayu kijang |
Irvingia malayana |
Irvingiaceae |
- |
- |
|
56 |
Kayu menyan |
Styrax benzoin |
Stiraceae |
- |
- |
- |
57 |
Kayu paku |
Diospyros sp. |
Ebenaceae |
- |
- |
- |
58 |
Kayu sapu |
|
|
- |
- |
- |
59 |
Kedemai |
Quercus sp. |
Fagaceae |
- |
- |
- |
60 |
Kedondong |
Dysoxylum sp. |
Meliaceae |
- |
- |
- |
61 |
Kedondong |
Santiria sp. |
Burseraceae |
- |
- |
- |
62 |
Kedondong tunjuk |
Pentaspadon motleyi |
Anacardiaceae |
- |
- |
|
63 |
Kelat |
Syzygium sp. |
Myrtaceae |
- |
- |
- |
64 |
Kelat jambu |
Eugenia sp4. |
Myrtaceae |
- |
- |
- |
65 |
Kelat jantung |
Eugenia sp5 |
Myrtaceae |
- |
- |
- |
66 |
Kelat lapis |
Syzygium sp2. |
Myrtaceae |
- |
- |
- |
67 |
Kelat merah |
Syzygium sp6. |
Myrtaceae |
- |
- |
- |
68 |
Kelat putih |
Syzygium litoralis |
Myrtaceae |
- |
- |
- |
70 |
Kemap |
Strombosia ceilanica |
Olataceae |
- |
- |
- |
71 |
Kempas |
Koompassia malaccensis |
Fabaceae |
- |
- |
|
72 |
Kempas serap |
Koompasia sp1 |
Fabaceae |
- |
- |
- |
73 |
Kranji |
Dialium indum |
Leguminosae |
- |
- |
- |
74 |
Keruing |
Dipterocarpus sp. |
Dipterocarpaceae |
- |
- |
- |
75 |
Kewangi |
|
|
- |
- |
- |
76 |
Kulim/ kayu bawang |
Scorodocarpus borneensis |
Olataceae |
- |
- |
- |
77 |
Leban |
Vitex sp. |
Verbenaceae |
- |
- |
- |
78 |
Mahang |
Macaranga conifera |
Euphorbiaceae |
- |
- |
- |
79 |
Mahang gading |
Macaranga sp. |
Euphorbiaceae |
- |
- |
- |
80 |
Mahang kancil/ putih |
Macaranga pruinosa |
Euphorbiaceae |
- |
- |
- |
81 |
Mahang merah |
Macaranga triloba |
Euphorbiaceae |
- |
- |
- |
82 |
Malapato |
Nephelium sp.3 |
Sapindaceae |
- |
- |
- |
83 |
Mampat |
Cratoxylon sumatranum |
Hypericaceae |
- |
- |
- |
84 |
Manggis burung |
Garcinia rigida |
Clusiaceae |
- |
- |
- |
85 |
Mangium |
Acacia mangium |
Fabaceae |
- |
- |
- |
86 |
Mantangor |
Callophyllum soulatri |
Clusiaceae |
- |
- |
- |
87 |
Medang |
Litsea sp.1 |
Lauraceae |
- |
- |
- |
88 |
Medang batu |
Litsea sp.4 |
Lauraceae |
- |
- |
- |
89 |
Medang darah |
Myristica sp. |
Lauraceae |
- |
- |
- |
90 |
Medang keladi |
Alseodaphne insignis |
Lauraceae |
- |
- |
- |
91 |
Medang kunyit |
Litsea firma |
Lauraceae |
- |
- |
- |
92 |
Medang labu |
Endospermum sp. |
Euphorbiaceae |
- |
- |
- |
93 |
Medang Langit |
Litsea sp.5 |
Lauraceae |
- |
- |
- |
94 |
Medang pauh |
Maclurodendron sp. |
Rutaceae |
- |
- |
- |
95 |
Medang payo |
Litsea sp.3 |
Lauraceae |
- |
- |
- |
96 |
Medang reso |
Litsea sp.6 |
Lauraceae |
- |
- |
- |
97 |
Medang siluang |
Litsea sp.7 |
Lauraceae |
- |
- |
- |
98 |
Medang sirai |
Cinnamomum sp. |
Lauraceae |
- |
- |
- |
99 |
Mempening |
Lithocarpus lucidus |
Fagaceae |
- |
- |
- |
100 |
Mendarahan |
Knema sp. |
Myristicaceae |
- |
- |
- |
101 |
Mentangur |
Callophylum inophyllum |
Clusiaceae |
- |
- |
- |
102 |
Meranti |
Shorea sp1 |
Dipterocarpaceae |
- |
- |
- |
103 |
Meranti balau |
Shorea sp2 |
Dipterocarpaceae |
- |
- |
- |
104 |
Meranti bunga |
Shorea teysmaniana |
Dipterocarpaceae |
- |
- |
- |
105 |
Meranti kunyit/kuning |
Shorea sp3. |
Dipterocarpaceae |
- |
- |
- |
106 |
Meranti payo/rawa |
Shorea parvifolia |
Dipterocarpaceae |
- |
- |
- |
107 |
Merawan |
Hopea mengerawan |
Dipterocarpaceae |
- |
- |
|
108 |
Mersawa |
Anisoptera costata |
Dipterocarpaceae |
- |
- |
|
109 |
Merubungan |
Callerya sp. |
Rutaceae |
- |
- |
- |
110 |
Muaro kepayang |
Scaphium macropodum |
Sterculiaceae |
- |
- |
|
111 |
Pelangas |
Aporosa octandra |
Phyllanthaceae |
- |
- |
- |
112 |
Perupuk |
Lophopetalum sp. |
Celastraceae |
- |
- |
- |
113 |
Petai |
Parkia speciosa |
Fabaceae |
- |
- |
- |
114 |
Petaling |
Ochanostachys amentacea |
Olataceae |
- |
- |
|
115 |
Pudu |
Artocarpus sp2. |
Moraceae |
- |
- |
- |
116 |
Punak |
Tetramerista glabra |
Theaceae |
- |
- |
- |
117 |
Raman |
Bouea sp. |
Anacardiaceae |
- |
- |
- |
118 |
Rambe |
Baccaurea sp. |
Phyllanthaceae |
- |
- |
- |
119 |
Rambutan |
Nephelium sp.1 |
Sapindaceae |
- |
- |
- |
120 |
Rambutan hutan |
Nephelium sp.2 |
Sapindaceae |
- |
- |
- |
121 |
Ramin |
Gonystylus sp. |
Thymelaceae |
- |
- |
App. II |
122 |
Rengas |
Gluta renghas |
Anacardiaceae |
- |
- |
- |
123 |
Rengas manuk |
Melanorrhoea wallichii |
Anacardiaceae |
- |
- |
- |
124 |
Ridan |
Nephelium cuspidatum |
Sapindaceae |
- |
- |
- |
125 |
Riung |
Castanopsis sp. |
Fagaceae |
- |
- |
- |
126 |
Rukam |
Flacourtia rukam |
Flacourtiaceae |
- |
- |
- |
127 |
Saga |
Adenanthera sp. |
Leguminosae |
- |
- |
- |
128 |
Samak |
Galleria sp. |
|
- |
- |
- |
129 |
Sangoan |
|
|
- |
- |
- |
130 |
Sarkit |
|
|
- |
- |
- |
131 |
Sekedi |
|
|
- |
- |
- |
132 |
Selurah |
Mesua hexapetala |
Callophyllaceae |
- |
- |
- |
133 |
Sengon |
Albizia chinensis |
Fabaceae |
- |
- |
- |
134 |
Sekubung/merkubung |
Macaranga gigantea |
Euphorbiaceae |
- |
- |
- |
135 |
Serian |
|
|
- |
- |
- |
136 |
Serian kelik |
|
|
- |
- |
- |
137 |
Setepung |
Calicarpa petandra |
Lamiaceae |
- |
- |
- |
138 |
Sialang |
Koompasia sp2. |
Fabaceae |
- |
- |
- |
139 |
Siluk |
Gironniera nervosa |
Cannabaceae |
- |
- |
- |
140 |
Simpur |
Dilenia sp1. |
Dilleniaceae |
- |
- |
- |
141 |
Singkawang |
Shorea singkawang |
Dipterocarpaceae |
√ |
- |
|
142 |
Singkil |
Premna sp. |
Lamiaceae |
- |
- |
- |
143 |
Sungkai |
Peronema canescens |
Verbenaceae |
- |
- |
- |
144 |
Tampui |
Baccaurea dulcis |
Phyllanthaceae |
- |
- |
- |
145 |
Tampunek |
Artocarpus rigidus |
Moraceae |
- |
- |
- |
146 |
Tapa/kayu tapa |
|
|
- |
- |
- |
147 |
Tembalun/sembalun |
Parashorea lucida |
Dipterocarpaceae |
- |
- |
|
148 |
Tembesu |
Fagraea fragrans |
Loganiaceae |
- |
- |
- |
149 |
Temeras jantung |
Memecylon sp2. |
Melastomataceae |
- |
- |
- |
150 |
Tempinis |
Sloetia elongata |
Moraceae |
- |
- |
- |
151 |
Terap |
Artocarpus odoratissimus |
Moraceae |
- |
- |
- |
152 |
Terentang |
Campnosperma sp. |
Anacardiaceae |
- |
- |
- |
153 |
Tujang langit |
|
|
- |
- |
- |
Source : Laporan Inventarisasi Flora dan Fauna 2017
Keterangan : CR (Critically Endangered) = terancam punah, EN (Endangered) = terancam, VU Vulnerable) = rentan, I: appendix I; II: appendix II;
Gambar Kegiatan Inventarisasi Flora dan Fauna PT. WKS
3. Pengelolaan dan Pemantauan HCV-HCS
Penilaian HCVF di areal PT. WKS sudah dilakukan pada tahun 2014 oleh APCS Konsultan. Dari hasil identifikasi di lapangan dapat diketahui nilai-nilai konservasi yang terdapat atau tidak ada pada kawasan-kawasan hutan yang ada di dalam UM, yaitu :
Tabel Hasil Identifikasi HCV PT. WKS
HCV |
Komponen |
Ada |
Tidak Ada |
CV 1. Kawasan yang mempunyai tingkat keanekaragaman hayati yang penting |
1.1. Kawasan Lindung |
√ |
|
1.2. Spesies Dilindungi dan hampir punah |
√ |
|
|
1.3. Kawasan habitat spesies terancam dan dilindungi |
√ |
|
|
1.4. Konsentrasi Temporal Penting |
|
√ |
|
CV 2. Kawasan bentang alam yang penting bagi dinamika ekologi secara alami |
2.1. Bentangan hutan |
√ |
|
2.2. Kawasan alam yang berisi dua atau lebih ekosistem |
√ |
|
|
2.3. Kawasan yang berisi populasi yang mampu bertahan hidup |
√ |
|
|
CV 3. Kawasan yang mempunyai ekosistem langka atau terancam punah |
Kawasan hutan yang merupakan tipe utama ekosistem yang representatif |
√ |
|
CV 4. Kawasan yang menyediakan jasa-jasa lingkungan alami |
4.1. kawasan untuk penyedia air dan pengendalian banjir bagi Maasyarakat Hilir |
√ |
|
4.2. Kawasan yang penting untuk pencegah erosi dan sedimentasi |
√ |
|
|
4.3. Kawasan hutan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah kebakaran |
√ |
|
|
CV 5. Kawasan hutan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat lokal (misalnya ; subsisten, kesehatan) |
|
√ |
|
CV 6. Kawasan hutan yang sangat penting untuk identitas budaya tradisi masyarakat lokal (kawasan budaya, ekologi, ekonomi dan agama bagi masyarakat lokal) |
|
√ |
|
Sumber :Laporan Penilaian NKT Tahun 2014 oleh PT. Asia Pacific Consulting Solutions
Sebagai kontribusi penurunan emisi GRK dan untuk mencapai tujuan pengelolaan hutan berkelanjutan, pada 9 Februari 2013, Asia Pulp and Paper (APP) mengumumkan Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Cosnservation Policy - FCP) yang berkomitmen pada ketiadaan jejak kaki deforestasi pada areal konsesi HTI. Hal ini dicapai dengan tidak mengembangkan perkebunan baru di wilayah yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi (HCV), lahan gambut, dan/ atau daerah dengan Stok Karbon Tinggi (HCS).
Pada tahun 2013 APP melibatkan The Forest Trust (TFT) untuk melakukan Penilaian HCS di 40 area konsesi HTI di Sumatra dan Kalimantan termasuk PT. WKS didalamnya. Konsesi tersebut mencakup area gabungan sekitar 2,75 juta ha, dan dikelompokkan menjadi 6 wilayah. Ata Marie Group Ltd (Ata Marie) ditugaskan oleh TFT untuk melakukan penilaian.
Berdasarkan hasil penilaian HCS sebelumnya kemudian dilakukan pengembangan dengan dibuatkanya plot monitoring PSP HCS dikawasan PT. WKS. Kegiatan monitoring PSP HCS dilakukan berkala setiap tahunnya, tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi/data nilai karbon pada masing-masing tutupan lahan area konservasi PT. Wirakarya Sakti yang dilaksanakan secara berkala dan terus menerus dan untuk memantau dinamika vegetasi dan nilai karbon dalam satu tutupan lahan.
Rekomendasi dari laporan akhir penilaian NKT akan digunakan sebagai salah satu komponen untuk pengembangan Integrated Sustainable Forest Management Plan (ISFMP) yang akan digunakan sebagai pedoman operasional yang baru untuk semua konsesi pemasok kayu APP.Hasil rangkuman eksekutif hasil penilaian PT. Wirakarya Sakti dapat ditemukan pada tautan ini.
4. Fire Management
Areal konsesi PT. Wirakarya Sakti terbagi menjadi dua zona yaitu zona Mineral dan zona basah (Gambut). Potensi bahaya kebakaran hutan di areal kerja tergolong besar. Hal ini disebabkan oleh faktor iklim, kondisi lahan, dan faktor sosial. Dari faktor iklim dan kondisi lahan, walaupun secara makro areal kerja beriklim sangat basah, namun secara mikro (harian) memungkinkan kondisi kering yang beturut-turut selama beberapa hari. Hal ini cukup untuk membuat serasah dan gambut bagian atas untuk kering dan mudah terbakar.
Dari segi sosial, masyarakat yang sebagian diantaranya masih menerapkan sistem pembakaran untuk membuka lahan pada musim kemarau juga membawa potensi kebakaran. Potensi ini menjadi lebih besar lagi karena terdapat bagian areal hutan tanaman yang berbatasan langsung dengan lahan masyarakat. Oleh sebab itu, PT. Wirakarya Sakti melakukan pendekatan-pendekatan secara sosial maupun secara teknis dilapangan.
PT. Wirakarya Sakti memiliki Komitmen yang sangat serius terkait Kebakaran Hutan dan lahan, baik itu kebakaran yang terjadi didalam kawasan konsesi atau pun diluar kawasan konsesi yang diimplementasikan dalam sebuah Kebijakan Tanpa bakar atau No Burn Policy sebagai berikut:
Untuk mendukung pengelolaan hutan lestari maka ditetapkan:
- Kami sangat tegas menerapkan kebijakan tanpa bakar dan mematuhi peraturan pemerintah yang berlaku.
- Kami tidak pernah memulai pembakaran dan berkosentrasi penuh dalam menjaga dan melawan pembakaran lahan oleh pihak-pihak lain.
- Kami fokus terhadap perlindungan aset tanaman kami yang sangat bernilai, yang sangat penting untuk kelestarian bisnis jangka panjang kami.
- Pembakaran dengan sangat tegas dilarang pada seluruh kegiatan operasional yang dicantumkan dalam standar prosedur operasional perusahaan.
- Kami menggunakan sarana dan prasarana pemadam kebakaran untuk membantu pemerintah daerah dan desa-desa di sekitar area konsesi.
Selain dari kebijakan tersebut, untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan disekitar wilayah konsesinya, ASIA PULP & PAPER (APP) dan Sinarmas Forestry merancang sebuah sistem terintegrasi yang disebut dengan Integreted Fire Management (IFM). Terdapat 4 pilar utama dalam IFM ini, yaitu:
1. Pencegahan
- Program DMPA : Landasan utamanya adalah dengan memanfaatkan bidang agroforestri, masyarakat diarahkan dan dibina untuk berdaya dan sejahtera secara sosial-ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya (alam dan manusia) yang sesuai dengan potensi dan karakteristik lokal.
- Tata Kelola Air : Untuk mengurangi resiko kebakaran dilahan gambut APP dan SMF Group bekerjasama dalam memperbaiki tata kelola lahan gambut dengan cara menaikkan ketinggian air dikanal perimeter konsesi.
- Insentif untuk Masyarakat Peduli Api (MPA) : Mengikut sertakan masyarakat sekitar konsesi HTI untuk melakukan patroli pencegahan kebakaran, selain sejumlah uang, masyarakat juga diberikan insentif berupa peralatan dan pelatihan dalam pemadaman kebakaran.
2. Persiapan
- Incident Command System (ICS) : Merupakan perangkat/sistem yang mengatur garis komando, perencanaan, operasi, logistik, dan administrasi dalam sebuah situasi darurat.
- Situation Room Center (SRC) : Ruang kontrol yang melakukan deteksi dini kebakaran secara real time 24 jam non-stop diwilayah konsesi SMF Group melalui pengolahan data dari citra satelit yang diverifikasi oleh petugas lapangan.
- Pemetaan Jalur Patroli : Intensitas patroli disesuaikan dengan informasi tentang potensi kebakaran dari situation room dan panduan FDRS dari gabungan data cuaca, angin, dan kelembaban udara.
- Kesiagaan RPK : Sebanyak 2700 personel RPK SMF Group yang telah tersertifikasi Manggala Agni senantiasa bersiaga di 266 pos pantau, tim RPK juga dilengkapi dengan 500 unitmobil patroli, 160 unit mobil pemadam kebakaran, dan 1150 unit pompa air.
3. Deteksi Dini
- Deteksi Wilayah Kebakaran : Deteksi dilakukan oleh tiap distrik diwilayah konsesi berdasarkan informasi yang didistribusikan oleh Situation Room. Hal ini untuk memastikan apakah hotspot tersebut adalah titi apai atau bukan, maka petugas mengecek langsung kelapangan.
- Citra Thermal : Alat ini digunakan untuk mendeteksi titik titik api dilahan gambut. Bekerja dengan menangkap perbedaan suhu ekstrim dipermukan tanah. Begitu panas terdeteksi, maka sistem akan mengirimkan data real yang kemudian disatukan dalam petak konsesi sehingga lokasi titik apai akan langsung terlihat disistem.
- Pemantauan dari Ketinggian : Dilakukan melalui Menara Api yang tersebar di 80 titik dengan ketinggian kurang lenih 30 meter.
4. Respon Cepat
- Komando dan Kontrol : Manajemen terpadu dalam menghadapi situasi darurat, dari mulai pihak Situation Room, Logistik peralatan, petugas RPK dilapangan, semua bergerak mengikuti garis komando yang telah ditetapkan.
- RPK : Tim RPK secara intensif akan melakukan upaya pemadaman secara bergantian tanpa mengenal libur. Jika lokasi sulit dijangkau melalui jalan darat, akan dikirimkan tim pemadam kebakaran menggunakan helikopter.
- Helikopter Water-boombing : Untuk menjangkau wilayah yang lebih sulit secara geografis, disediakan helikopter biasa 3 unt, dan helikopter besar jenis Super Puma 3 Unit untuk melakukan Water-boombing diareal kebakaran.
Kelola lingkungan yang dilakukan PT. Wirakarya Sakti dapat ditemukan pada tautan berikut ini.
Kelola Sosial
Potensi dan Kondisi Desa
Secara umum desa-desa yang ada didalam dan sekitar operasional perusahaan memiliki potensi untuk dikembangkan terutama pada sektor pertanian, peternakan, perkebunan dan kehutan terpadu. Sumber penghasilan masyarakat desa berasal dari pertanian, perikanan, peternakan, dan pengambilan hasil hutan. Komoditi yang banyak dibudidayakan masyarakat adalah tanaman padi, hortikultura (cabai, semangka, Jahedll), dan tanaman perkebunan (kelapa, karet dan kopi). Sedangkan di sektor peternakan dan perikanan, masyakarakat banyak yang berternak sapi, kambing dan berbagai jenis ikan. Selain itu di sektor ekonomi terdapat juga usaha kecil menengah (UKM) di bidang jasa, seperti usaha cabut bulu, demplot air isi ulang, pengeringan ubi dll.
Rencana Pemberdayaan Masyarakat
A. Program Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam rangka menunjang keberhasilan pelaksanaan program CD/CSR, maka sumberdaya masyarakat sangatlah penting. Perusahaan telah mempersiapkan sumberdaya masyarakat melalui pelatihan-pelatihan baik pelatihan motivasi maupun teknis pertanian. Pelatihan motivasi dilaksanakan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat secara bersama-sama dalam wadah kelompok untuk membentuk kelembagaan dan melakukan kegiatan usaha produktif dan mengembangkan perekonomian lokal. Sedangkan pelatihan teknis dimaksudkan agar masyarakat dapat bertambah pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bidangnya. Perusahaan bekerjasama dengan Dinas/instansi terkait dalam pelaksanaanya. Peran yang diambil oleh Dinas/Instansi terkait adalah penyediaan fasilitator dan pelatih serta penyiapan bahan pelatihan, sedangkan perusahaan berperan untuk memilih dan menyeleksi peserta pelatihan yang berasal dari desa binaan dan menyediakan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan pelatihan.
Sejak tahun tahun 2006 - 2017 telah dilakukan kegiatan training motivasi dan teknis dengan jumlah peserta sebanyak 1493 orang yang berasal dari 62 desa. Training disampaikan dalam bentuk pelatihan terhadap masyarakat. Selama tahun 2017 telah dilakukan pelatihan kepada 19 desa binaan dengan jumlah peserta 81 orang. Kegiatan pelatihan yang telah dilakukan adalah:
- Pelatihan adminitrasi usaha kepada lembaga pengelola program DesaMakmur Peduli Api (DMPA).
- Pelatihan tenaga pendamping program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
- Pelatihan pembuatan kompos dari kotoran ternak sapi kepada KT. Mekar Jaya, Desa Dataran Kempas, Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
- Pelatihan komunikasi dan motifasi kepada pengelola program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
- Pelatihan pembukuan sederhana kepada Pendamping dan lembag pengelola program Desa Makmur Peduli Api (DMPA).
B. Program Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Hasil hutan bukan kayu di areal PT. Wirakarya Sakti pada umumnya berada pada kawasan konservasi. Sampai saat ini perusahaan tidak melarang masyarakat untuk memanfaatkan hasil hutan bukan kayu yang diambil dari kawasan konservasi sepanjang tidak merusak hutan. Perusahaan telah melakukan pengelolaan HHBK sebagai berikut:
- Melakukan inventarisasi jenis HHBK yang dilakukan oleh konsultan APCS pada tahun 2014
- Membuat peta sebaran HHBK tahun 2017 dan monitoring produksi HHBKdan masyarakat yang memanfaatkannya HHBK tahun 2017.
- Pembentukan kelompok HHBK berdasarkan jenis HHBK dan tempat tinggal. Sampai saat ini terdapat 21 kelompok HHBK dengan perincian sbb: 10 kelompok HHBK madu, 7 kelompok HHBK ikan, 4 kelompok HHBK rotan dan 8 kelompok tani HHBK rumput.
- Pembuatan Kerjasama pemanfaatan HHBK (SPK) antara perusahaandengan kelompok HHBK.
- Melakukan penyuluhan, pendidikan dan pemberdayaan ke kelompok HHBK.
- Melakukan patroli untuk mencegah terjadinya aktivitas pemanfaatan HHBKdengan cara-cara yang dapat mengganggu kelestarian sekaligusmelakukan pembinaan terhadap pelakunya.
- Rehabilitasi kawasan lindung dengan jenis bukan kayu
- Penaburan benih ikan lokal di lokasi-lokasi sungai dan rawa tempatpengambilan ikan oleh kelompok
- Setiap anggota kelompok HHBK diberi tanda pengenal berupa kartuanggota HHBK dan kaos HHBK untuk memudahkan dalam monitoring
- Pembuatan dan penyebaran brosur pengelolaan pemanfaatan HHBK untuk masyarakat.
- Penandaan lokasi pengambilan HHBK ikan, madu, dan rotan
Saat ini pemanfaatan HHBK oleh masyarakat di kasawan konsesi PT.Wirakarya Sakti masih terbatas pada jenis-jenis tertentu yang mempunyai potensi cukup. Tabel berikut merupakan Jenis-jenis HHBK yang sampaisaat ini masih dimanfaatkan masyarakat.
C. Pengembangan Sentra Hortikultura dan Peternakan
PT. WKS secara aktif memberikan pelatihan pengembangan budidaya (pertanian, peternakan, perikanan) pada masyarakat serta memprakterkannya secara langsung, sehingga masyarakat dapat memahami lebih baik praktek budidaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditas yang dibudidayakan. Salah satu praktek langsung adalah dengan pembuatan demplot-demplot usaha produktif seperti demplot pertanian, perikanandan peternakan. Pembuatan demplot ini bertujuan selain sebagai saranapraktek lapangan bagi peserta pelatihan, juga sebagai lokasi percontohan bagikegiatan-kegiatan usaha produktif.
Pada tahun 2017 program CD/CSR aspek ekonomi dikembangkan dengan nama program Desa Makmur Peduli Api (DMPA). Program Desa Makmur Peduli Api merupakan program peningkatan kesejahteraan melalui Sistem Pertanian dan Kehutanan Terpadu (Integrated Forest and farming System). Program DMPA terdiri dari 83 desa binaan perusahaan yang tersebar di 5 kabupaten (Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Tebo). Realisai untuk program DMPA tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut:
No |
Desa |
Program |
Volume |
Satuan |
1 |
Terjun Gajah |
Budidaya ikan nila |
6.000 |
Ekor |
Budidaya hortikultura |
2 |
Ha |
||
2 |
Pematang Buluh |
Budidaya nanas buah |
4 |
Ha |
Budidaya ikan toman |
15 |
Keramba |
||
3 |
Dataran Kempas |
Budidaya ikan nila |
30.000 |
Ekor |
Budidaya hortikultura |
1 |
Ha |
||
Budidaya domba |
30 |
Ekor |
||
Budidaya jahe merah |
1 |
Ha |
||
4 |
Lubuk Sebotan |
Budidaya ikan lele |
20.000 |
Ekor |
Budidaya itik petelur |
96 |
Ekor |
||
5 |
Rantau Badak Lamo |
Usaha pengeringan ubi racun |
1 |
Paket |
Budidaya ikan nila |
15.000 |
Ekor |
||
6 |
Adipurwa |
Budidaya itik petelur |
100 |
Ekor |
Home industri tahu |
1 |
Paket |
||
7 |
Belanti Jaya |
Budidaya ikan lele |
24.000 |
Ekor |
Budidaya jahe merah |
1 |
Ha |
||
Tumpangsari pepaya dengan sayuran |
1 |
Ha |
||
8 |
Sungai Papauh |
Budidaya itik petelur |
200 |
Ekor |
Budidaya kambing lokal |
10 |
Ekor |
||
9 |
Lubuk Terap |
Budidaya ikan nila |
6.000 |
Ekor |
10 |
Kempas Jaya |
Budidaya kelapa hibrida |
2 |
Ha |
11 |
Parit Bilal |
Budidaya laos gajah |
15 |
Ha |
Budidaya hortikultura |
4 |
Ha |
||
12 |
Sungai Rotan |
Budidaya hortikultura |
2 |
Ha |
Budidaya ikan nila |
3.000 |
Ekor |
||
Budidaya itik petelur |
195 |
Ekor |
||
13 |
Purwodadi |
Budidaya sapi bali |
8 |
Ekor |
D. Bidang Pendidikan
Selain pelatihan dan penyuluhan terhadap masyarakat, pada tahun 2017 Pusat Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Juga memfasilitasi pelajar dan mahasiswa untuk melakukan Praktik Kerja Industri, penelitian, Praktik kerja Lapang. Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 122 orang. Detail kegiatan dan peserta pada tahun 2017 sebabagi berikut:
E. Pembinanaan Sosial, Budaya dan Keagamaan
PT. WKS juga mendukung dan memberikan bantuan pada kegiatan Sosial, Budaya dan Keagamaan. Program yang sudah terlaksana untuk tahun 2017, antara lain :
Pembinaan Sosial Budaya:
- Bantuan fasilitas sosial berupa bantuan inventaris kantor desa, bantuan pakain kepada anak yatim dan bantuan kaos HHBK kepadakelompok HHBK. Bantuan ini direalisasikan sebanyak 73 paket.
- Bantuan kepemudaan dan olah raga berupa bantuan dana kegiatan futsal,bantuan dana kegiatan Camat Cup, Bantuan dana kegiatan lomba dayungperahu, bantuan pembinaan atlet PBSI Jambi, bantuan peralatan olah raga bola kaki dan bola voli. Bantuan ini dilakukan sebanyak 51 paket.
- Bantuan dana peringatan hari besar nasional berupa kegiatan perayaan hariulang tahun republik indonesia dan hari besar nasional lainnya. Bantuan ini direalisasikan sebanyak 164 paket.
PT. WKS juga melakukan pembinaan kepada SAD berupa Program Pendidikan Luar Sekolah (PLS)bekerjasama dengan Perkumpulan Pelita Kita. Kegiatan pemberdayaan inidilaksanakan dari Bulan Juli 2012 sampai dengan Tahun 2013. Program pendidikan yang sudah dilaksanakan dilapangan, yaitu:pembangunan pondok belajar, pembuatan pondok pelita kita, dan proses kegiatan belajar mengajar untuk anak-anak SAD.
Selain program pendidikan untuk masyarakat adat seperti Suku Anak Dalam (SAD), di tahun 2017 PT. WKS juga memberikan bantuan lain kepada masyarakat adat khususnya SAD, seperti:
- Pemberian alat pertanian, Kelompok SAD Tumenggung Bujang Itam adalah kelompok SAD yangsudah menetap. Kegiatan sehariannya adalah berkebun dan bertani.
- Pemberian Seragam sekolah, Kelompok SAD Bujang Itam yang sudah menetap sudah mulai berinteraksi dengan masyarakat desa sekitar. Slaha satu bentuk interaksinya adalah mengikutsertakan anak SAD Tumenggung Bujang Itam ke pendidikan dasar di Desa Sungai Paur.
- Bantuan sembako untuk SAD Kelompok Tumenggung Ngamal dan Girang.
Pembinaan Keagamaan:
- Bantuan pelaksanaan kegiatan Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ), baikkegiatan pelaksanaan maupun pengiriman kafillah/pesertanya. Kegiatan inidirealisasikan sebanyak 22 paket.
- Bantuan dana pelaksanaan kegiatan perayaan hari besar keagamaan berupa perayaan malam satu muharam, kegiatan idul fitri, kegiatan maulid nabi, isra’mikraj dan perayaan natal. Bantuan direalisasikan sebanyak 63 paket.
Dengan adanya kegiatan CD/CSR pada aspek sosial budaya dan keagamaan,perusahan dapat melakukan komunikasi secara langsung maupun tidaklangsung dengan masyarakat sehingga terjalin hubungan yang baik,perusahaan dapat mengenal karakter, kultur atau budaya serta sumberdaya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan program.
G. Pembangunan Infrastruktur
Guna mendukung pembangunan dan pengembangan Desa sekitar konsesi, PT. WKS aktif dalam mendukung pembangunan infrastruktur Desa. Dengan pembangunan infrastruktur yang ada di desa
diharapkan dapat mendukung aktifitas masyarakat, baik dalam menjalankanaktifitas ekonomi, sosial budaya, keagamaan dan pendidikan. Pada tahun 2017realisai program CD/CSR pada aspek infrastruktur mencapai 6,80% dari totalbiaya realisasi. Beberapa program yang sudah berjalan antara lain:
- Infrastruktur ekonomi, yaitu servis jalan desa, perbaikan jembatan,pemasangan gorong-gorong dan pembuatan kolam ikan, Jumlah realisasisebanyak 49 paket.
- Infrastruktur keagamaan meliputi bantuan material untuk pembangunan danrehab mesjid dan mushola. Jumlah realisasi sebanyak 5 paket.
- Infrastruktur Sosial budaya, meliputi: pembuatan lapangan sepak bola,pembuatan lapangan futsal, pembuatan lapangan voly, pembuatan jambankeluarga, penimbunan lokasi pembuatan puskesdes, bantuan tenda besiuntuk desa dan pembangunan pos siskamling. Jumlah realisasi sebanyak 11 paket.
Selain untuk membantu menyediakan sarana prasana infrastruktur sosialekonomi di desa, perusahaaan memberikan kesempatan kepada masyarakatsekitar untuk dapat memanfaatkan fasilitas fisik perusahaan sesuaikebutuhannya. Detail fasilitas umum perusahaan yang dapatdimanfaatkan oleh masyarakat dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: